wellcome

WELLCOME TO MY BLOG

Rabu, 07 Januari 2015

SEJARAH



BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar belakang
Sejarah nasional menggambarkan pertumbuhan kita sebagai suatu bangsa. Sejak zaman purba dengan tanda-tanda pertama akan akar-akar kehidupan bangsa, kemudian melalui perkembangan suku-suku tiap daerah, kita telah tumbuh menjadi kesatuan bangsa dengan tanggapan dan sikap hidup nasional yang khas. Perkembangan nasional mengingatkan kita kepada pertumbuhan pohon dengan pokok kesatuan yang makin kukuh dan besar. 

Cukup banyak  ditulis tentang sejarah nasional kita, baik oleh ahli sejarah bangsa kita maupun oleh orang-orang asing, masing-masing mengenakan pandangan dan tafsirannya terhadap pertumbuhan bangsa kita. Buku ini mengandung sejarah nasional Indonesia yang baku, ditulis dan disunting oleh ahli-ahli sejarah bangsa kita.

B.          Rumusan Masalah
1.             Kemunculan Penjajahan di Indonesia (1700-1900)
2.             Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir Hindia Belanda (1900-1942)
3.             Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia (1942-1998)













BAB II
PEMBAHASAN

A.          Kemunculan Penjajahan di Indonesia (1700-1900)
v   Masa Modern Awal
Sejak zaman Modern Awal, di sebagian Eropa telah terbentuk nation-state. Namun, di abad ke-20 didasarkan pada demokrasi, di masa Modern Awal kekuasaan masih berada dalam tangan kaum yang bersifat otoriter. Bentuk organisasi politik yang dinamakan nation-state di masa Modern Awal itulah yang memungkinkan diselenggarakan perdagangan antarbenua. Melalui kegiatan langsung oleh pihak kerajaan seperti  di Poertugal, atau melalui dukungan pihak pemerintah seperti Belanda, memungkinkan terkumpulnya modal, teknologi dan sumber daya manusia untuk menyelenggaraakan perdagangan besar-besaran.
Ø   Jalur Darat dan jalur Laut
Perdagangan di Asia sudah berawal di masa Portugis dan VOC, bahkan telah ada berabad-abad sebelumnnya, baik perdagangan melalui darat (jalan sutra) maupun melalui laut.
Pada dasarnya di Asia dan Timur Tengah, sebelum masa Modern Awal, terdapat dua jalur perdagangan utama, yaitu jalur darat dan jalur laut. Pelayaran niaga melalui darat pada umumnya terutama digunakan oleh para pedagang Cina dan dikenal dengan nama “jalur sutra”. Jalur dagang itu berawal di Chang An, yang menjadi ibu kota cina antara anad ke-7 sampai abad ke-13, kemudian melintasi stepa-stepa dan gurun-gurun di Asia Tengah dan Laut Kaspia. Jalur dagang yang melintasi pedalaman Asia itu juga bercabang-cabang kewilayah pantai, seperti India, Arab dan lainnya.
Selain kedua sumber tersebut di atas (Timur Tengah dan India). Adapula sumber ketiga, yakni Cina (khususnya dari Madzab Syafi’i). Agama Islam dari Cina itu makin menyebar setelah Cheng He. Cheng he adalah laksamana terpercaya dari Kaisar Zhu Di atau Yung Le (1402-1424) dari Dinasti Ming di Cina, yang ditugaskan untuk memimpin armada-armada Cina berdagang di samudra India. Malaka menjadi pusat perdagangan Chng He antara 1405 -1430 an.
v   Kekuasaan belanda di Abad ke-19
a.    Jawa Tengah
b.    Bali
c.    Nusa Tenggara Barat
d.   Sulawesi
e.    Kalimantan Selatan
f.     Kalimantan Barat
g.    Aceh
v   Perlawanan terhadap kolonialisme
Proses hubungan antara kekuasaan Belanda dalam abad ke-19 menunjukan dua gejala yang bertolak belakang, disatu pihak tampak makin meluasnya kekuasaan Belanda, sedang di lain pihak terlihat makin merosotnya kekuasaan negara-negara tradisional. Pengaruh hubungan dengan kekuasaan Barat tersebut mnyangkut berbagai segi kehidupan, seperti politik, sosial, ekonomi dan budaya.
Dalam bidang politik, pengaruh belanda makin kuat karena intervensi yang intensif dalam persoalaan-persoalan intern negara, misalnya dalam soal pergantian tahta, pengangkatan pejabat-pejabat birokrasi, maupun partisipasinya dalam mennetukan kebijakan politik negara. Dengan demikian, dalam bidang politik penguasa-penguasa tradisional makin bergantung pada kekuasaan asing sehingga kebebasan dalam menentukan soal-soal pemerinthan menipis. Di samping itu, aneksasi wilayah yang dilakukan oleh penguasa aing sejak akhir abad ke-17 berakibat makin kurangnya penghasilan penguasa-penguasa tradiional.
Dalam bidang sosial-ekonomi, kontak dengan barat berakibat makin lemahnya kedudukan kepala-kepala daerah dalam negara-negara tradisional. Sudah pasti keadaan seperti ini sdikit banyak menimbulkan kegoncangan dalam kehidupan para penguasa dalam negara-negara tersebut. Khususnya, di Jawa, faktor-falktor produksi pertanian baik menyankut tanah maupun tenaga kerja, diatur menurut sistem kolonial. Para petani dibebani tugas mengolah sebagian tanahnya untuk ditanami dengan tanaman-tanaman ekspor dan diharuskan menyumbangkan tenaga kerjanya secara paksa pada penguaa kolonial.
Di daerah-daerah lain, di mana perdagangan laut merupakan sumber penghidupan pokok dari penduduk, seperti maluku, penguasaan daerah pantai dan tindakan monopolistik dalam perdagangan yang dilakukan oleh Belanda, serta penguasaan daerah produksi tanaman ekspor, merupakan hambatan besar bagi penduduk setempat untuk memperoleh penghasilan.
Dalam bidang budaya, terutama dalam abad ke-19, pengaruh kehidupan barat dalam lingkungan kehidupan trdisional makin meluas. Sementara kehidupan dikalangan penguasa timbul kekhawatiran bahwa pengaruh kehidupan Barat dapat merusak nilai-nilai kehidupan tradisional. Tantangan yang kuat terutama dari pemimpin-pemimpin agama yang memandang kehidupan barat bertentangan dengan norma-norma dalam ajaran agama islam.
Didaerah kerajaan, ajakan perlawanan dari para bangsawan ataupun ulama yang berpengaruh untuk melawan kekuasaan asing dengan cepat mendapat sambutan baik dari kelompok rakyat, karena tekanan-tekanan hidup yang mereka alami sudah bersikap antipati terhadap kekuasaan asing. Disamping itu pengalaman pahit yang dirasakan oleh rakyat di daerah-daerah selama kontak dengan kekuasaan asing dapat memperkuat keinginan untuk berjuang melawan kekuasaan asing. Karena dalam tiap-tiap daerah intervensi intensitas kontak dari kekuasaan Belanda tidak bersamaan waktu terjadinya, timbulnya perjuangan terhadap kekuasaan asing pun tidak sama waktunya. Perjuangan-perjuangan itu dapat berupa perlawanan  besar atau pemberontakan maupun hanya merupakan kericuhan-kericuhan.
Mengingat banyaknya jumlah perlawanan besar yang terjadi didaerah-daerah di Indonesia selama abad ke-19, prlawanan-perlawanan yang dibentangkan di sini tidak mengabaikan perlawanan-perlawanan yang cukup gigih dan berkobar di daerah tertentu, seperti perlawanan di daerah Banten, sulawesi utara, dan di daerah-daerah  di Indonesia yang merupakan reaksi terhadap kekuasaan, kolonial Belanda, dan mempunyai saham berharga dalam perjuangan untuk mencapai kemerdekaan nasional.
·         Gerakan sosial
Selama abad ke-19 dan awal abad ke-20, di Indonesia terus menerus timbul perlawanan, kerusuhan, kegaduhan, brandalan,dan lain sebagainya. Semua itu cukup mengguncang masyarakat dan pemerintah waktu itu. Peristiwa tersebut  terutama di daerah pedesaan yang hampir setiap tahun di salah atu daerah terjadi bergolakan dan kerusuhan. Gerakan itu ternyata merupakan kekuatan sosial yang besar di daerah pedesaan. Sehingga timbulah pergolakan itu dapat dianggap sebagai suatu ledakan daripada ketegangan-ketegangan , permusuhan, atau pertentangan yang terdapat di daerah pedesaan.
Tidak dapat di sangkal bahwa dominasi Barat beserta perubahan-perubahan soial yang mengikutinya telah menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan rakyat untuk cenderung melakukan pergolakan sosial. Dapat ditunjukan bahwa selama period abad ke-19 dan ke-20 hampir setiap daerah mengenal masa-masa pergolakan yang tercatum dlam bentuk gerakan-gerakan sosial dengan segala perkembanganya. Secara luas gerakan-gerakan itu pada hahikatnya dapat digolongan menjadi empat golongan, seuai dengan landasan-landasan pokok yang mendorong timbulnya gerakan tersebut.
1.             Jenis gerakan melawan keadaan atau peraturan yang tidak adilYaitu ideologi yang mendorong timbulnya gerakan ini adalah adanya rasa dendam terhadap kondisi sosial ekonomi yang kurang memberi tempat yang bebas bagi kehidupan para pendukungnya.
2.             Jenis gerakan ratu adil Yaitu suatu gerakan yang bersifat mesianistis yang memuat harapan akan kedatangan ratu adil
3.             Jenis gerakan samin
4.             Jenis gerakan-gerakan sekte keagamaan, yang memuat kegiatan-kegiatan yang bertujuan agar rakyat lebih rajin menjalankan kewajiban agamanya.




B.          Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Republik Indonesia
(±1900-1942)
A.           Perkembangan Hingga Menjelang Abad ke-20
1.             Negara Kolonial dan Perubahan Sosial Politik
Memasuki abad ke-19 dikepulauan Indonesia terjadi perubahan politik. Perusahaan Dagang Hindia Timur atau lebih dikenal dengan VOC bubar pada tanggal 31 desember 1799, setelah izinya dibatalkan pada tahun 1795. Berbagai sebab menjadi latar belakang keruntuhan itu, seperti mutu pagawai yang merosot, manajemen yang jelek, pengeluaran yang sangat besar terutama pembiayaan inetrvensi politiknya, sistem monopoli yang tidak sesuai lagi dan korupsi yang merajalela. Pada masa itu sebagai akibat dari pergolakan politik di Eropa berupa perluasan Revolusi Perancis oleh Napoleon Bonaparte, persaingan keduanya menjadi lebih sengit. Negara Belanda jatuh kedalam kekuasaan Prancis, yang tidak lain adalah musuh utama Inggris.
Setelah runtuhnya VOC,pemerintah kerajaan Belanda mengambil alih seluruh wilayah kekuasaannya, terutama dikepulauan Indonesia yang berpusat di Batavia, pulau Jawa. Untu menangani peralihan itu dan menghadapi ancaman serbuan Inggris, seorang marcekal kepercayaan Raja Belanda, Lodewijk (louis) Napolen, di kirim ke Batavia untuk menjadi Gubernur Jenderal. Ia menyusun kembali sistem pemerintahan dan membangun pertahanan. Tindakan-tindakan utamanya adlah membangun suatu birokrasi dan tentara yang profesional meniru model Revolusi Prancis, mengubah sistem politik tradisional dan melakukan pengerahan tenaga milisi (wajib militer).
Pemerintah kolonial Inggris, yang dipimpin oleh Letnan Gubernur Jendral Thomas Stafford Raffles(1811-1816) menerapkan beberapa kebijakan baru. Selaras dengan sikap Daendels, Raffles berpandangan bahwa masyarakat pulau jawa harus diubah. Mengubah hubungan politik dan ekonomi dalam sistem politik tradisional dengan menghapus penyerahan wajib hasil penanaman dan kerja wajib untuk para bupati. Sebagai gantinya ia menjadikan penguasa tradisional itu sebagai perpanjangan tangan pemerintah kolonial. Tugas utama mereka adalah memungut pajak dalam bentuk hasil penanaman, terhadap kaula-kaula mereka untuk kepentingan kolonial.
Dikalangan elit politik di negara Belanda timbul perdebatan mengenai cara mengisi keuangan negeri jajahan yang kosong, masalah ini menjadi perhatian Raja Belanda ketika  itu, Willem II. Sejumlah kalangan berpendapat bahwa perdagangan laut masih dapatdikembangkan untuk menghasilkan keuntungan seperti dimasa sebelunya. Namun ,gagasan yang keluar sebagai pemenang adalah mengelola sektor penanaman daerah jajahan. Salah satu alasan utamanya adalah bahwa pelayaran dan perdagangan lintas lautan Belanda memerlukan komoditas yang laku di pasra dunia atau Eropa. Gagasan ini yang meyakinkan raja Belanda adalah Johanes Van den Bosch. Ia segera berangkat kepulau jawa untuk mewujudkan pemikiran yang berkisar pada pola atau sistem penanaman.penerapan pemikiran tersebut terkenal dengan istilah Tanam Paksa.
Selama penerapan Sistem Tanam Paksa, kehidupan pedeaan di Pulau Jawa mengalami perubahan. Sejumlah kebijakan baru diperkenalkan dan diterapkan. Pertama-tama bahwa tanah, terutama yang digarap adalah milik pemerintah kolonial. Penduduk desa atau para petani diperkenalkan dengan tanaman ekspor yang pola penanamannya ada yang sama dengan budi daya pertanian masyarakat dan ada yang berbeda. Tanaman wajib itu adalah tebu, kopi, dan nila.
Dibidang poltik dan pemerintahan, daerah di Pulau Jawa direorganisasi dalam suatu truktur birokrasi jajaran tertunggi pemerintah kolonial adalah Gubernur Jendral yang dibantu oleh Dewan Hindia. Wilayah jajahan dibagi atas provinsi dan residensi-residensi. Para residen di bantu oleh asisten reiden, yang membawahi para kontrolir yang menjadi ujung tombak pelaksanaan Sistem Tanam Paksa. Struktur ini merupakan jajaran pemerintahan dalam negeri Eropa sejajar dengan kontrolir, tetapi terpisah adalah para bupati yang merupaka jajaran struktur pemerintahan pribumi. Dibawah bupati adalah wedana dan camat yang membawahi kepala desa. Namun kekuasaan mereka lebih kuat karena didukung oleh kekuatan militer kolonial yang lebih modern. Dalam pemadaman sejumlah pergolakan dan gerakan perlawanan perdesaan paukan keamanan pemerintah kolonial kerap membantu para bupati. Sasaran ketidakpuasaan masyarakat pedesaan lebih banyak tertuju pada kebijakan pemerintah kolonial.
Setelah pertengahan abad ke-19, penerapan Sistem Tanam Paka mulai memperlihatkan penyimpangan-penyimpangan. Dalam upaya mengejar keuntungan dari presentase penanaman, para pelaksana penanaman ering melakukan paksaan. Diperkebunan tebu, penanaman dilakukan bergiliran dengan penenman padi karen tebu dibudidayakan dengan pola persawaha. Penanaman kopi dilakukan didaerah dataran tinggi yang sering jauh dari pedesaan sehingga tidak jarang meraka harus menginap selama bebrapa waktu. Olh karen itu tingkat kesejahteraan petani di beberapa lokasi penanaman memperlihatkan penurunan.
Sebagai akibatnya, sejak tahun 1870 penerapan sistem itu mulai dihapuskan. Pada tahun itu pula suatu peraturan pertanahan dicanangkan, yakni peraturan  Agraria tahun 1870, yang mengatur kepemilikan tanah negara seraya memberikan peluang untuk masuknya modal swasta.
Setelah sistem tanam paksa dihapuskan, perekonomian negeri jajahan mulai mengenal modal-modal swasta, baik dari negeri Belanda maupun negara lainnya seperti Inggris, Amerika, dan Cina.
2.             Pergerakan Nasional
a.              Pelopor pergerakan
·                Budi utomo
Dengan semboyan hendak meningkatkan martabat rakyat, ma Ngabeni Wahidin Sudirohusodo, seorang dokter jawa di Yogyakarta dan termauk golongan priyayi rendahan, dalam tahun 1906 dan 1907 mulai mengadakan kampanye dikalangan priyayi dipulau jawa. Dalam perjalanan kampanye itu pada akhir tahun 1907, dr. Wahidin bertemu dengan Sutomo, pelajar STOVIA,di Jakarta. Sutomo kemudian membicarakan maksud kampanye dr. Wahidin dengan teman-temannya di STOVIA. hasil pembicaraan memperlihatkan bahwa cita-cita dr. Wahidin setelah diolah mengalami perubahan. Tujuan semula mendirikan suatu “Dana Belajar” diperluas jangkaunnya. Begitulah pada hari Rabu, 20 Mei 1908 di Jakarta pelajar-pelajar terebut di gedung STOVIA mendirikan organisasi yang beri nama Budi Utomo, dan Sutomo menjadi ketua.
·                Sarekat islam
Tiga tahun setelah berdirinya Budi Utomo, pada tahun 1911 bagaikan suatu yang kebetulan, didirikan perkumpulan Sarekat Islam(SI) di Solo. Latar belakang ekonomis perkumpulan ini ialah perlawanan terhadap pedagang anatar penyalur oleh oarang Cina. Kejadian meruapakan iyarat bagi oarang muslim, bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukan kekuatannya. Ini merupakan reaksi terhadap rencana politik pengkristenan dari kaum zending, perlawanan terhadap kecurangan-kecurangan dan penindasan-penindaan dari pihak bumiputra dan Eropa.
·                Indische Partij
Setelah kita tinjau perkembangan gagasan yang menandai adanya kebangkitan kesadaran nasional dan kebangkitan rvolusioner bersifat kerakyatan yang berjiwa Islam, maka sebagai Fase ketiga didalam perkembangan sejarah pergerakan nasional pada awal pertumbuhannya lahir konsepsi yang bercorak politik seratus persen dan program nasional yang meliputi pengertian nasiaonalime modern. Organisasi pendukung gagasan revolusioner nasional itu ialah Indisnche Partij yang didirikan pada tanggal 25 desember 1912. Perumusan gagasan itu ialah E.F.E. Douwes Dekker kemudian terkenal dengan nama Danurdirdja Setyabudhi, seorang Indo, yang melihat keganjilan-keganjilan dalam masyarakat kolonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda totok dan kaum Indo.
b.             Masa radikal
·                Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia(PI) didirikan pada tahun 1908 oleh oranng-orang Indonesia yang berada dinegeri Belanda, diantaranya adalah Sutan Kesayangan, R.M. Noto Suroto, mula-mula dengan nama Indische Vereeniging. Tujuannya adalah untuk memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia, makudnya orang-orang pribumi dan nonpribumi bukan Eropa, dinegara Belanda dan hubungan dengan orang Indonesia.
Pada masa radikal selain adanya perhimpunan Indonesia masih banyak lagi pergerakan-pergeakan yang nasional yang dilakukan seperti adanya Partai Komunis Indonesia(PKI), Partai Nasional Indinesia, Partindo dan Gerindro.


C.          Zaman Jepang dan Zaman Republik (±1942-1998)
v   Tentara Jepang masuk ke Indonsia
Pada tanggal 11 januari 1942, tentara Jepang mendaratkan pasukannya di Tarakan, Kalimantan Timur, keesokan harinya komandan Belanda di Pulau itu menyerah pada tanggal 12 Januari 1942. Serangan selanjutnya adalah Balikpapan yang merupakan sumber minyak minyak. Kemudian, pada tanggal 24 Januari 1942, kota ini jatuh ketangan Jepang. Setelah itu pada tanggal 29 Januari 1942 pontianak berhasil diduduki Jepang, menyusul tanggal 3 Februari 1942 adalah Samarinda. Sesampainya dikota tersebut pada tanggal 5 Februari 1942 tentara Jepang menyerbu ke Lapangan Terbang Samarinda II yang waktu itu masih dikuasai oleh Tentara Hindia Belanda. Dan berhail direbutnya, dengan mudah pula Banjarmain diduduki oleh tentara Jepang pada tanggal 10 Februari 1942.
A.           Pergerakan Indonesia dan Jepang
Masuknya tentara Jepang ke Indonesia pada bulan-bulan pertama, kedua, ketiga tahun 1942 kelihatannya mendapat sambutan yang baik dari penduduk setempat. Tokoh-tokon nasionalis Indonesia seperti Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta bersedia melakukan kerja sama dengan pihak Jepang. Faktor-faktor yang menyebabkan kesediaan bekerja sama itu adalah pertama kebangkitan bangsa-bangsa Timur. Faktor lain adalah ramalan Joyoboyo yang hidup dikalangan rakyat. Diramalkan bahwa akan datang oarang-orang kate yant akan menguasai Indonesia selama umur jagung dan sesudah itu kemerdekaan akan tercapai.
B.            Kerja sama kaum nasionalis “Sekuler”
Pada akhir bulan Maret 1942 hubungan antara nasionalis Indonesia dengan pihak Jepang dituangkan Dalam bentuk institusional. Suatu perhimpunan dengan nama Gerakan Tiga A: “Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia”.sponsor gerakan itu mengangkat tokoh Parindra Jawa Barat, Mr. Samsudin sbagai ketuanya da di bantu oleh Sutan K. Pamuntjak dan Mohammad Soleh.
Gerakan Tiga A hanya berumur beberapa bulan. Pemerintah pendudukan Jepang menganggap bahwa Gerakan Tiga A tidak efektif di dalam usahanya untuk menarik simpati bangsa Indonesia. Di sumantra Gerakan Tiga A yang mendukung kepentingan Jepang dilarang. Setelah Gerakan Tiga A dibubarkan pada bulan Desember 1942 telah direncanakan akan dibentuk organisasi baru, yang dipimpin oleh tokoh-tokoh Pergerakan Nasional yang lebih dikenal kalangan rakyat. Ir. Soekarno. Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K.H. Mas Mansur sebagai pemimpin dengan sebutan Empat Serangkai.
C.            Kerja Sama Kaum Nasionalis Islam
Dalam rangka melukiskan kehidupan politik pada Zaman pendudukan Jepang, golongan Nasionalis Islam perlu mendapat sorotan khusus karena telah memperoleh perhatian istimewa dari pemerintah pendudukan Jepang. Dalam rangka memberikan kelonggaran kepada golongan islam di Pulau Jawa, pemerintah militer masih mengizinkan tetap berdirinya satu organisasi islam di zaman Hindia Belanda yaitu Majeli Islam A’la Indonesia(MIAI) yang didirikan di Surabaya pada tahun 1937 oleh K.H. Mas mansur dkk.
D.           Menjelang Proklamasi
Ø   Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan golongan pemuda
Memuncaknya perjuangan menuju Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tampaknya disebabkan oleh golongan muda. Baik golongan muda maupun golongan tua sama-sama berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus segera diproklamasikan. Para anggota  PPKI itu diizinkan melakukan kegiatannya menurut pendapat dan kesanggupan bangsa indonesia sendiri, tetapi mereka wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)             Syarat pertama untuk mencapai kemerdekaan adalah menyelesaikan perang yang sekarang sedang dihadapi oleh bangsa indonesia, karena itu bangsa indonesia harus mengerahkan tenaga sebesar-besarnya dan bersama-sama dengan pemerintah Jepang meneruskan perjuangan untuk memperoleh kemenangan akhir dalam perang asia Timur Raya
b)             Negara itu merupakan anggota lingkungan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya, maka cita-cita bangs Indonesia itu haru disesuaikan dengan cita-cita pemerintah Jepang yang bersemangat Hakko_Ichiu.
Keputusan rapat tersebut disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22.30 waktu jawa zaman Jepang(21.50 WIB) dirumah kediaman Ir. Soekarno, pegangsaan Timur(sekarang jalan proklamasi) 56,Jakarta. Tuntutan Wikana agar Proklamasi dilaksanakan keesoka harinya telah menegangkan suasana karena ia juga menyatakan bahwa akan ada pertumpahan darah jika keinginan mereka tidak dilaksanakan. Mendengar ancaman itu Ir. Soekarno menjadi marah dn melontarkan kata-kata sebagi berikut: inilah leherku, saudara boleh membunuhku sekarang juga. Saya tidak bia melepaskan tanggung jawab saya sebagi ketua PPKI. Karena itu saya tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok.
Ketegangan itu disaksikan juag oleh para golongan tua seperti Drs. Moh Hatta, Dr. Buntaran, Dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Tampak perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda, karena para pemuda mendesak bahwa tanggal 16 Agustus itu Proklamasi dilaksanakan.
E.            Peristiwa Rengasdengklok
Adanya perbedaan paham itu telah mendorong pemuda untuk membawa Ir. Soekarno dan Drs. Hatta keluar kota. Tindakan itu berdasarkan keputusan rapat terakhir yang diadakan oleh para pemuda pada pukul 00.30 waktu zaman jepang (pukul 23.00) menjelang tanggal 16 Agustus 1945 di Asrama Baperpi, cikini 71, Jakarta. Bersama Chairul Saleh mereka telah bersepakat untuk melaksanakan rapat tersebut yaitu menyingkirkan  Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta keluar kota dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang. Kemudian mereka dibawa ke Rengasdengklok, ebuah kota kawedanan di Kabupaten Karawang. Sehari penuh mereka diRengasdengklok. Maksud para pemuda untuk menekan mereka agar segera melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.
Sementara itu di Jakarta, antara Mr. Ahmad Subardjo dari golongan tua dan Wikana dari golongan muda tercapai kata sepakat bahwa Proklamasi kemerdekaan harus dilakanakan di Jakarta. Didapat pula penegasan bahwa Laksamana Tadashi Maeda bersedia untuk menjamin itu keselamatan mereka. Jusuf Kunto dari pihak bersepakat akan mengantarkan Mr. Ahmad Subardjo bersama sekertaris pribadinya Sudiro ke Rengasdengklok untuk menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Di Rengasdengklok oleh Ahmad Subardjo diberi jaminan dengan taruhan nyawa bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 keesokan harinnya selambat-lambatnya pukul 12.00. dengan jaminan tersebut komandan kompi peta setempat Subeno bersedia melepaskan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta.
F.             Perumusan Teks Proklamasi
Sesampainya di Jakarta pada pukul 23.30 waktu jawa zaman Jepang(22.00 WIB), rombongan Laksamana Maeda di jalan Imam bonjol no 1. Dirumah itulah naskah proklamasi disusun dan diketik oleh Sajuti Melik. Yang berbunyi:

Proklamasi
Kami banga Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahaan kekoesaan dll. Diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.


Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 45
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/ Hatta


(tanda tangan Soekarno)
(tanda tangan Hatta)





BAB III
PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Sejak zaman Modern Awal, di sebagian Eropa telah terbentuk nation-state. Namun, di abad ke-20 didasarkan pada demokrasi, di masa Modern Awal kekuasaan masih berada dalam tangan kaum yang bersifat otoriter. Melalui kegiatan langsung oleh pihak kerajaan seperti  di Poertugal, atau melalui dukungan pihak pemerintah seperti Belanda, memungkinkan terkumpulnya modal, teknologi dan sumber daya manusia untuk menyelenggaraakan perdagangan besar-besaran.
Memasuki abad ke-19 dikepulauan Indonesia terjadi perubahan politik. Perusahaan Dagang Hindia Timur atau lebih dikenal dengan VOC bubar pada tanggal 31 desember 1799, setelah izinya dibatalkan pada tahun 1795. Berbagai sebab menjadi latar belakang keruntuhan itu, seperti mutu pagawai yang merosot, manajemen yang jelek, pengeluaran yang sangat besar terutama pembiayaan inetrvensi politiknya, sistem monopoli yang tidak sesuai lagi dan korupsi yang merajalela.
Pada tanggal 11 januari 1942, tentara Jepang mendaratkan pasukannya di Tarakan, Kalimantan Timur, keesokan harinya komandan Belanda di Pulau itu menyerah pada tanggal 12 Januari 1942. Serangan selanjutnya adalah Balikpapan yang merupakan sumber minyak minyak. Kemudian, pada tanggal 24 Januari 1942, kota ini jatuh ketangan Jepang. Setelah itu pada tanggal 29 Januari 1942 pontianak berhasil diduduki Jepang, menyusul tanggal 3 Februari 1942 adalah Samarinda. Sesampainya dikota tersebut pada tanggal 5 Februari 1942 tentara Jepang menyerbu ke Lapangan Terbang Samarinda II yang waktu itu masih dikuasai oleh Tentara Hindia Belanda. Dan berhail direbutnya, dengan mudah pula Banjarmain diduduki oleh tentara Jepang pada tanggal 10 Februari 1942.


Daftar putaka

Ø  Sejarah Nasional Indonesia IV/ Marwati Djoened Poesponegoro: Nugroho.cet_2-Edisi Pemutakhiran.Jakarta:Balai Pustaka,2008
Xlv,808 hlm:ilus;bibl;indeks 23 cm.-(Seri BP no.2705)
Ø  Sejarah Nasional V/Marwati Djoened Poesponegegoro; Nugroho.cet 2.Edisi Pemutakhiran.Jakarta;Balai Pustaka,2008
Xlv,808 hlm:ilus;bibl;indeks 23 cm.-(Seri BP no.2706)
Ø  Sejarah Nasional Indonesia VI/ Marwati Djoened Poesponegoro: Nugroho.cet_2-Edisi Pemutakhiran.Jakarta:Balai Pustaka,2008
Xlv,808 hlm:ilus;bibl;indeks 23 cm.-(Seri BP no.2707)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar